Rabu, 12 Oktober 2011

Perairan Majingklak Cilacap

Sebenarnya keadaan seperti inilah yang kuiinginkan, lukisan alam yang benar-benar asli. Betapa khusyu dan syahdunya berdoa sambil menikmati keagungan ciptaan Allah SWT, manakala air sungai begitu tenang, jernih dan berwarna kuning kemerah-merahan tertimpa sinar matahari pagi.


Nikmat Tuhan berserakan di muka bumi bagi orang-orang yang mampu meraihnya. Bahkan ketika berdoa dengan suara lirih dan penuh kerendahan hati dihadapan-Nya, "Ya Allah, aku telah sering menzalimi diri sendiri, dan tidak ada yang mampu mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Maka, ampunilah aku dengan ampunan yang ada di sisi-Mu. Berilah rahmat kepadaku, karena sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Ya Allah, bantulah aku untuk selalu menemukan nikmat-Mu dan keinginan hati untuk selalu mensyukuri nikmat-Mu".

Nikmati hidupmu bersama doa, di setiap saat, dalam keadaan susah ataupun senang, dalam keadaan suka ataupun duka, di waktu malam ataupun siang. Kebanyakan manusia hanya berdoa manakala ditimpa rasa susah, resah dan musibah. Padahal doa adalah ibadah, yang harus dilakukan di setiap keadaan, di setiap helaan napas kita, disetiap denyut jantung kita.



Allah Swt. berfirman dalam QS. Al-A'raf 7 : 55, "Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah hati dan suara yang lembut. Sesunggguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas".

Apakah sahabat dapat membayangkan, berdoa dengan suara yang lirih nyaris tak terdengar, diiringi percikan ombak yang menerpa badan perahu dan sinar matahari menerpa hangat wajah ? Ya Allah, nikmat apa lagi yang kusangsikan, ketika hembusan kecil angin menerpa lembut punggung dari arah belakang.

Bukit Sukamanah Nagreg

Tidak mengherankan, nuansa pagi begitu menggoda.
Alam bebas masih terselimuti kabut, lampu-lampu rumah penduduk di tepi bukit nampak temaram sebelum padam. Coba bayangkan Anda begitu pagi menjelang tiba, sambil menikmati secangkir kopi dengan kepulan asap yang hangat. Rasakan bedanya dengan nuansa kota, kejernihan mata, kejernihan jiwa, semakin menyatu dengan ketenangan bathin yang terasa  nyaris sempurna.

Nikmati hidupmu di keheningan pagi, setelah kumandang adzan hilang, setelah usai sujud subuhmu,  maka akan terucap rasa syukurmu atas ciptaan Tuhan yang begitu mengagumkan.


Sebenarnya tidak selamanya suasana pagi terlihat seperti ini, selalu berubah-ubah tergantung pada cuaca. Itulah sisi lebih dan keistimewaan pemandangan di sini. View di ambil dari Villa Tepi Sawah, Nagreg-Bandung.

Gunung Cikaledong

Duduk di atas bongkahan batu, lantas memandang ke belakang, jejak langkah telah samar-samar terlihat, datar, curam, terjal, berdebu, berbatu dan licinnya jalan kehidupan, menyisakan kekuatan hati untuk terus mendaki, mendaki dan terus mendaki, kendati langkah kian berat, kian lelah dan menyakitkan.


Dalam renungan, saya bertanya pada diri sendiri, kenapa ada yang mampu bertahan dan terus mendaki hingga mencapai titik yang di tuju ? Kenapa ada yang gagal mencapai puncak dan memilih diam di suatu tempat ? Dan kenapa ada yang mengundurkan diri sebelum menjejakan kaki, bahkan hanya karena melihat ketinggian gunung ? Padahal hidup seperti mendaki gunung, hanya orang-orang yang memiliki kemauan keras, tak mudah putus asa yang penuh semangat yang akan mampu mencapai puncak kesuksesan.

Jauh-jauh dan lelah dari bawah mendaki, hanya untuk duduk memandang ke semua arah, tentu ada yang saya nikmati.  Di sini saya bisa membandingkan bagaimana rasanya, ketika berada dalam hiruk pikuknya, panas dan berdebunya, gerah dan berasapnya udara kota. Di sini saya tak henti-hentinya berdecak kagum, "Ya Allah, nikmat yang kau berikan sungguh tak terhingga ..".
Setiap ada kesempatan, saya ingin menikmati alam dalam segala suasana, agar saya tidak menyesal karena terlambat menikmatinya. Dalam usia saya yang 48 tahun, Alhamdulillah saya masih diberi kekuatan fisik yang kuat dan sehat. Selama napas masih memungkinkan untuk melangkah, saya ingin terus menjelajah.

Gunung Cikaledong, ada di wilayah Garut. Hutannya lebat, fauna yang banyak di sana adalah babi hutan, yang banyak terlihat jejaknya sepanjang perjalanan.  

Selasa, 11 Oktober 2011

Gunung Ciung

Minggu, 26 Juni 2011, perjalanan mendaki yang melelahkan namun sekaligus mengasyikan.
Bagaimana tidak, Allah SWT betul-betul menyuguhkan sesuatu yang indah sejauh mata memandang. Birunya langit, hijaunya dedaunan, menghamparnya padang ilalang, membuat kami tak henti-hentinya berdecak kagum. Tak ada satu pun yang mampu menandingi ciptaan-Nya. Allah SWT Maha Besar.

Saya, Keke, Abil, Wendy, Cun Dori dan Omi Dori, betul-betul menikmati hiking yang penuh kehangatan ini. Rasa lelah tak menjadi masalah, rasa letih tak membuat kami sedih, semata-mata hanya untuk memburu kenikmatan dan melepaskan kepenatan hidup. Salah satu pelajaran yang dapat kami petik dalam perjalanan ini, adalah prinsip jangan pernah berhenti bergerak, kecuali istirahat sejenak. Teruslah melangkah walaupun pelan dan tertatih-tatih, yakinlah cepat atau lambat akan sampai pada titik yang dituju.

Tak ada kesuksesan yang tak diakhiri dengan rasa gembira dan tertawa. Demikian pula kami, dengan view Gunung Haruman yang berdiri angkuh di wilayah Garut, kami berpose sejenak. Klik !

Penduduk setempat menyebutnya pasir Legok Selong-Gunung Ciung. Perbukitan yang menghampar kurang-lebih 1000 hektar ini, dimanfaatkan oleh penduduk setempat yang hanya memiliki hak garap saja. Lokasinya tak jauh dari daerah Nagreg dan masuk ke wilayah Garut.