Rabu, 12 Oktober 2011

Gunung Cikaledong

Duduk di atas bongkahan batu, lantas memandang ke belakang, jejak langkah telah samar-samar terlihat, datar, curam, terjal, berdebu, berbatu dan licinnya jalan kehidupan, menyisakan kekuatan hati untuk terus mendaki, mendaki dan terus mendaki, kendati langkah kian berat, kian lelah dan menyakitkan.


Dalam renungan, saya bertanya pada diri sendiri, kenapa ada yang mampu bertahan dan terus mendaki hingga mencapai titik yang di tuju ? Kenapa ada yang gagal mencapai puncak dan memilih diam di suatu tempat ? Dan kenapa ada yang mengundurkan diri sebelum menjejakan kaki, bahkan hanya karena melihat ketinggian gunung ? Padahal hidup seperti mendaki gunung, hanya orang-orang yang memiliki kemauan keras, tak mudah putus asa yang penuh semangat yang akan mampu mencapai puncak kesuksesan.

Jauh-jauh dan lelah dari bawah mendaki, hanya untuk duduk memandang ke semua arah, tentu ada yang saya nikmati.  Di sini saya bisa membandingkan bagaimana rasanya, ketika berada dalam hiruk pikuknya, panas dan berdebunya, gerah dan berasapnya udara kota. Di sini saya tak henti-hentinya berdecak kagum, "Ya Allah, nikmat yang kau berikan sungguh tak terhingga ..".
Setiap ada kesempatan, saya ingin menikmati alam dalam segala suasana, agar saya tidak menyesal karena terlambat menikmatinya. Dalam usia saya yang 48 tahun, Alhamdulillah saya masih diberi kekuatan fisik yang kuat dan sehat. Selama napas masih memungkinkan untuk melangkah, saya ingin terus menjelajah.

Gunung Cikaledong, ada di wilayah Garut. Hutannya lebat, fauna yang banyak di sana adalah babi hutan, yang banyak terlihat jejaknya sepanjang perjalanan.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar